Info Menarik – Orang Indonesia sering dianggap sebagai masyarakat yang ramah dan menyambut dengan hangat bagi para wisatawan yang berkunjung ke negara ini. Namun, seperti halnya stereotip tentang suatu budaya, pertanyaan mendasar muncul: apakah klaim ini benar adanya? Artikel ini akan mengeksplorasi fakta-fakta seputar keramahan orang Indonesia dan memberikan gambaran yang jelas tentang benarkah orang Indonesia itu ramah atau tidak.
Indonesia merupakan sebuah negara yang besar. Bahkan kalau kita bandingkan dengan negara Inggris, Spanyol, Italia, dan negara maju lainnya jelas lebih luas wilayahnya. Sumber daya alamnya pun menjadi pujaan banyak negara dan turis mancanegara. Begitupun dengan penduduk lokalnya, sangat hangat dan ramah dalam prilaku dan tutur katanya.
Benarkah Orang Indonesia Ramah-Ramah? Inilah Faktanya!
Indonesia dalam kenyataannya tawuran antar suku masih terjadi, loyalitas ekstrim suatu kelompok, bahkan menembak kepala hanya karena mobilnya keserempet sedikit merupakan contoh paling kongkrit. Justru sebaliknya, orang Indonesia cenderung lebih tempramental dan mudah tersulut emosinya. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan perilaku orang Indonesia. Salah satu faktor mendasar adalah pendidikan masa kecil yang salah meliputi lingkungan, tontonan, kasih sayang orang tua.
Baca Juga: Jenis-Jenis Pendidikan dan Jenjang Pendidikan yang Ada di Indonesia
1. Lingkungan
Pernahkah di masa kecil Kamu ketika di sekolah mengenal yang namanya istilah penguasa kelas? Sekelompok badboy di kelas, dan biasanya membully siswa yang lemah di kelas itu, anarkis dan berantem untuk menyelesaikan masalah dan pemenangya adalah penguasa.
Tapi justru prilaku inilah yang seolah mecekoki anak-anak bahwa kekuatan adalah segalanya. Mungkin hal inilah yang menyebabkan orang-orang yang mempunyai intelejensi tinggi, lebih memilih untuk tinggal di luar negeri daripada di tanah air sendiri. Padahal bila kita bandingkan orang yang mempunyai intelejensi tinggi di Indonesia tak kalah banyak jika kita bandingkan dengan negara lain. Sebagai contoh saja, orang yang menemukan 4G LTE adalah orang Indonesia. Tetapi sangat kita sayangkan, licensi yang dipegang adalah hak paten perusahaan Jepang.
Bila pemerintah Indonesia lebih peka dan dapat memfasilitasi orang yang mempunyai intelejensi tinggi ini, bukan tak mungkin, negara Indonesia menjadi negara penemu dan maju.
2. Tontonan
Kemudian tak seperti dulu tontonan di zaman globalisasi ini justru mengubah kepribadian anak-anak Indonesia. Tak pekanya orang tua pada perkembangan anak dengan cara mempertahankan egonya sendiri untuk menonton sinetron justru dalam segi ceritanya sangat tak berguna. Alhasil perilaku anak yang meniru adegan anarkis, bullying dan sebagainya dalam tontonannya, serta adegan berbahaya lainnya mudah untuk anak-anak tiru dan terbawa hingga dewasanya.
Selanjutnya jika melihat sejarah dahulu di tahun 90-an banyak sekali film-film anak-anak yang sangat mendidik dalam hal persahabatan, cita-cita, sikap pantang menyerah dan lain-lain. Tetapi, kini yang ada hanyalah sinetron sekelas GGS yang tak mendidik apapun.
Kemudian dalam hal ini KPI-lah yang bertanggung jawab dalam hal tontonan. Justru yang menjadi aneh adalah kenapa tontonan anak-anak yang lebih baik dari sinetron itu banyak menuai pencekalan dari KPI. Tetapi justru sinetron yang lebih banyak tak mendidiknya justru malah tayang seenaknya. Striping hingga beratus-ratus episode.
3. Kasih Sayang Orang tua
Selanjutnya faktor penting lainnya justru pada sektor keluarga. Hubungan antara ibu dan ayahnya yang tak kondusif sangat mempengaruhi kepribadian anak. Selain itu banyaknya orang tua khusunya ibu rumah tangga yang menjadi wanita karir. Tetapi banyak dari wanita karir tak mengetahui perkembangan anaknya. Sehingga sang anak seakan asing pada ibunya sendiri.
Alhasil sang anak tak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari ibunya. Sehingga dia akan cenderung mencari perhatian orang lain dengan melakukan hal-hal yang tak biasa dan cenderung anarkis.
Semua ini tak lain dan tak bukan karena adanya gagasan emansipasi wanita. Emansipasi wanita di zaman globalisasi ini kalo menurut saya justru sudah sangat kelewatan batas. Kalau kita membandingkan apa yang terjadi pada negara lain, seperti Jepang contohnya Jepang merupakan negara maju dan modern dan merupakan salah satu negara industri terbesar di Asia. Tetapi dalam hal budaya Jepang sangat menjunjung tinggi budaya nenek moyangnya. Tak terkecuali dalam hal budaya yang mereka terapakan pada wanita-wanita Jepang.
Wanita Jepang pada umumnya akan berhenti kerja ketika ia sudah menikah. Walaupun ia tak mau keluar dari pekerjaannya. Dia akan otomatis di berhentikan oleh perusahaan. Sehingga kebanyakan ibu-ibu Jepang bisa fokus pada keluarganya.
Lalu Kenapa Indonesia Dikenal Sebagai Warga Negara yang Ramah?
Faktor apakah sehingga timbul pertanyaan benarkah orang Indonesia itu ramah? Berikut adalah penjelasannya:
1. Keberagaman Budaya
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keramahan masyarakat Indonesia adalah keberagaman budaya yang ada di negara ini. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan suku bangsa, setiap daerah memiliki kebiasaan dan adat istiadat yang berbeda. Meskipun demikian, keramahan sering dianggap sebagai nilai budaya yang dijunjung tinggi di seluruh Indonesia.
2. Budaya Sopan Santun
Kemudian orang Indonesia dikenal memiliki budaya sopan santun yang kuat. Istilah silahturahmi merupakan prinsip sosial yang mendorong hubungan yang baik antara individu dan kelompok. Pada umumnya, orang Indonesia cenderung ramah dan memperlakukan tamu dengan baik. Terlebih lagi, tamu dari luar negeri sering diperlakukan dengan sikap hangat dan penuh perhatian.
Baca Juga: Alasan Berobat di Luar Negeri Lebih Banyak Disukai Masyarakat Indonesia
3. Keunikan Toleransi
Selanjutnya Indonesia adalah negara dengan beragam agama dan kepercayaan. Faktanya, Pancasila sebagai dasar negara menekankan toleransi dan menghormati perbedaan. Orang Indonesia umumnya terbuka terhadap keyakinan dan agama yang berbeda, yang berkontribusi pada kesan keramahan mereka terhadap orang lain. Keunikan ini membuat wisatawan merasa diterima dan dihargai ketika berada di Indonesia.
4. Komunikasi Non-Verbal
Kemudian selain komunikasi verbal, komunikasi non-verbal juga memainkan peran penting dalam menentukan kesan keramahan seseorang. Orang Indonesia sering menggunakan bahasa tubuh yang ramah, seperti senyuman, anggukan kepala, dan kontak mata yang hangat. Ini memberikan pengalaman positif kepada siapa pun yang berinteraksi dengan masyarakat Indonesia.
5. Tantangan dan Pengecualian
Selanjutnya meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia terkenal sebagai orang ramah, ada beberapa tantangan yang dapat muncul dalam situasi tertentu. Seperti di mana pun di dunia, ada perbedaan individual dan situasi yang mungkin membuat beberapa orang terlihat kurang ramah. Selain itu, kepadatan penduduk yang tinggi dan kehidupan perkotaan yang sibuk kadang-kadang dapat memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.
Baca Juga: Kosakata Bahasa Indonesia yang Sering Salah Ketika Dieja
Kesimpulan
Secara umum, benar bahwa orang Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang ramah. Mungkin pertanyaan tentang benarkah orang Indonesia itu ramah sudah sedikit terjawab. Budaya sopan santun, toleransi, dan keramahtamahan merupakan nilai-nilai penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seperti dalam setiap masyarakat, ada perbedaan individu dan situasi yang dapat mempengaruhi tingkat keramahan seseorang. Oleh karena itu, sambil mengakui klaim umum tentang keramahan orang Indonesia, penting untuk mengingat bahwa pengalaman setiap orang dapat bervariasi. Namun, kesan umum tentang keramahan Indonesia cenderung positif, dan negara ini tetap menjadi tujuan wisata populer bagi wisatawan dari seluruh dunia.